Ada Oksigen di Bulan Milik Saturnus, Rhea

Posted by M@storo on Saturday, November 27, 2010

Bumi bukan satu-satunya tempat di Tata Surya yang memiliki oksigen. Rhea, satelit (bulan) berbalut es dari Planet Saturnus ternyata memiliki atmosfir yang mengandung oksigen dan karbondioksida yang sangat mirip dengan atmosfir planet Bumi. Temuan menarik ini membuka peluang adanya kehidupan di Rhea dan kemungkinan manusia bisa bernafas di sana.

Saturnus merupakan planet terbesar kedua di Galaksi Bima Sakti setelah Jupiter. Planet gas ini memiliki 62 bulan, dengan Titan sebagai satelit terbesar. Pesawat milik Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, Cassini, melintas dekat orbit Rhea Maret lalu. Pesawat tanpa awak itu mendapati bulan dingin tersebut memiliki atmosfer yang mengandung oksigen.

Rhea merupakan tempat ketiga di luar Bumi yang memiliki oksigen. Dua bulan milik Jupiter, Europa dan Ganymede, juga kaya akan oksigen. Baik dua satelit itu maupun Rhea sama-sama diselimuti es.

Hal ini membuat peneliti membuat kesimpulan sementara bahwa satelit es mengandung oksigen. "Fakta semakin banyaknya temuan tempat beroksigen sangat menggembirakan," ujar Ben Teolis, Kepala Penelii Southwest Research Institute kepada Space.com.

Dari temuan sebelumnya di Jupiter, oksigen muncul dari es. "Dari es, pecah jadi hidrogen dan oksigen," katanya. Teolis menduga proses yang sama terjadi di Saturnus.

Sekilas tentang Rhea

Gambar: Perbandingan besar Bumi, Bulan, dan Rhea

Rhea merupakan bulan kedua terbesar Saturnus, berjarak 527.040 kilometer (327.490 mil), berada jauh dari Saturnus. Ditemukan pada tahun 1672 oleh Giovanni Domenico Cassini. Nama Rhea diambil dari mitologi Yunani, Titan Rhea - The Mother of the Gods (Ibu Para Dewa).

Dengan diameter 1.528 kilometer (949 mil) (kurang dari sepertiga ukuran bulan terbesar Saturnus, Titan), Rhea merupakan bulan kesembilan terbesar di sistem tata surya.

Rhea, karena gaya pasang surutnya (tidal wave), terkunci dengan induknya dengan posisi satu sisi selalu menghadap ke Saturnus. Suhu permukaan Rhea sekitar -174 ° C (-281 ° F) di wilayah yang diterangi matahari dan mulai turun hingga derajat -220 ° C (-364 ° F) di daerah yang tidak terkena cahaya matahari. Rhea memiliki reflektifitas (atau Albedo geometris) tinggi, menunjukkan komposisi sebagian besar berupa es, yang pada kondisi suhu tersebut akan berperilaku seperti batu.

Rhea memiliki massa jenis (densitas) 1.233 g/cm3, menunjukkan komposisinya adalah ~ 25% batu (densitas ~ 3,25 g/cm3) dan ~ 75% es (densitas ~ 0,93 g/cm3). Momen inersia pada poros inti Rhea sebesar 0,4 kg·m2, lebih tinggi daripada jika Rhea hanya memiliki inti berbatu. Diperkirakan bahwa Rhea memiliki struktur campuran homogen batu dengan padatan es di intinya.

Rhea baru diperhitungkan oleh para astronom setelah misi Voyager (1 dan 2) pada tahun 1980 dan 1981. Foto-foto dari Voyager menunjukkan bahwa fitur Rhea dapat dibagi menjadi dua wilayah geologis yang berbeda: pertama wilayah yang sangat berkawah dengan kawah-kawah lebih besar dari 40 km (25 mil) dan jenis kedua daerah di beberapa bagian daerah kutub dan khatulistiwa dengan ukuran kawah kurang dari 40 kilometer. Perbedaan ini mengindikasikan adanya peristiwa pelaburan besar terjadi pada saat pembentukan kawah-kawah Rhea di masa lalu. Diperkirakan kejadian ini sudah lama karena ditemukan beberapa kawah baru dengan usia rata-rata sekitar empat miliar tahun.

Foto juga menunjukkan garis misterius  tipis lurus memanjang puluhan hingga ratusan kilometer, seringkali memotong melalui dataran dan kawah. Pada tahun 2006, gambar pesawat ruang angkasa Cassini menunjukkan bahwa daerah tipis tersebut adalah patahan yang turun sehingga membentuk lembah, beberapa di antaranya memiliki ketinggian hingga beberapa ratus meter. Dinding ngarai lebih cerah karena bahan gelap jatuh sehingga memperlihatkan es air tawar yang cerah. Tebing patahan ini menunjukkan bahwa di masa lalu Rhea secara tektonik aktif .

Oksigen dan Karbondioksida di Rhea

Seluruh permukaan Rhea tertutup es dengan garis tengah 1.529 kilometer. Dari pengamatan di ketinggian 502 kilometer dari permukaan, Cassini mendapati 70 persen atmosfer Rhea terdiri atas oksigen dan sisanya karbondioksida. Walau kadar oksigennya rendah, lima triliun kali lebih rendah ketimbang di Bumi, namun jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan yang diperkirakan oleh astronom selama ini. Khususnya karena bulan tersebut tampaknya sangat beku dan padat.

Menurut data terakhir dari satelit Cassini, atmosfir tipis milik Rhea dijaga oleh dekomposisi kimia dari air es di permukaan Rhea. Diperkirakan, magnetosfer yang sangat besar dari Saturnus terus mengimbas ke air es Rhea, dan kemudian membantu menjaga kondisi atmosfir tersebut.

Saat ini, seperti dikutip dari io9, 27 November 2010, menurut pengamatan para astronom, diperkirakan oksigen milik Rhea tidaklah bebas. Namun terjebak di dalam samudera Rhea yang membeku.

Meski hadirnya oksigen di Rhea mudah dipahami, astronom lebih tertarik dengan karbondioksida yang  ada di bulan itu. Gas yang MUNGKIN terjadi akibat reaksi antara molekul organik dan oksidan yang ada di permukaan bulan. Jika memang demikian adanya, hal ini persis dengan kejadian yang berlangsung di planet Bumi, beberapa miliar tahun yang lalu.

Temuan ini juga bisa menjadi bukti lebih lanjut bahwa ada kehidupan lain di sistem tata surya kita. Meski tampaknya hanya kehidupan di Bumi yang mengalami kondisi yang cukup bagus sehingga dapat bertahan hingga sejauh ini.

Sumber:

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment